Quiet Quitting & Career Cushioning – Fenomena Karier di Era Modern
Di era digital yang serba cepat, tuntutan pekerjaan sering kali membuat batas antara kehidupan profesional dan pribadi semakin kabur. Akibatnya, banyak pekerja mulai mencari cara untuk menyeimbangkan hidup dan kerja, memunculkan dua tren yang belakangan ramai diperbincangkan: Quiet Quitting dan Career Cushioning.
Quiet Quitting: Bekerja Sesuai Deskripsi, Bukan Ekspektasi Berlebih
Quiet quitting bukan berarti benar-benar berhenti bekerja, melainkan membatasi kontribusi hanya pada tugas inti yang tercantum di kontrak. Fenomena ini muncul di TikTok dan LinkedIn sejak 2022, sebagai bentuk perlawanan terhadap budaya hustle yang mendorong kerja berlebihan tanpa kompensasi sepadan. Mengapa orang melakukannya? Burnout akibat beban kerja tak realistis, ketiadaan work recognition, kesadaran akan pentingnya kesehatan mental. Quiet quitting sering dipandang negatif oleh perusahaan, namun bagi sebagian pekerja, ini adalah strategi menjaga keseimbangan hidup dan meminimalkan stres.
Baca juga: Kesehatan Mental Sandwich Generation
Career Cushioning: Punya "Bantal" untuk Jaga Karier
Berbeda dengan quiet quitting yang fokus pada membatasi pekerjaan, career cushioning adalah strategi mempersiapkan rencana cadangan (plan B) jika pekerjaan saat ini tiba-tiba hilang. Praktiknya bisa berupa:
Mengembangkan keterampilan baru.
Memperluas jejaring profesional.
Menjalankan proyek sampingan atau freelance.
Fenomena ini melonjak di tengah ketidakpastian ekonomi, PHK massal, dan perubahan industri akibat teknologi AI. Berikut persamaan dan perbedaan Quiet Quitting dan Career Cushioning:
Dampak Terhadap Work-Life Balance
Keduanya sama-sama berakar dari keinginan pekerja untuk mengontrol hidupnya di tengah tekanan kerja modern. Quiet quitting memberi jeda dari ekspektasi berlebih, sedangkan career cushioning memberikan rasa aman menghadapi ketidakpastian. Jika diterapkan secara sehat, kombinasi keduanya bisa membantu pekerja:
Mengurangi stres.
Menjaga motivasi jangka panjang.
Mengarahkan karier sesuai nilai pribadi.
Namun, bila dilakukan berlebihan (misalnya quiet quitting hingga kehilangan performa, atau career cushioning yang membuat fokus terpecah), justru bisa merugikan.
Quiet quitting dan career cushioning adalah sinyal perubahan paradigma dunia kerja: dari sekadar "bertahan hidup di pekerjaan" menjadi "menjalani hidup yang seimbang dan terencana". Tren ini menandakan bahwa generasi pekerja masa kini semakin kritis, strategis, dan berani menetapkan batas demi kesehatan mental dan keamanan finansial.
Mencari Solusi Ideal
Mendapatkan karier dengan perasaan aman tidak selalu mudah. Bagi kamu yang masih merasa kurang dalam work-life balance atau masih ragu dalam menetapkan batas dalam kesehatan mental dan keamanan finansial, konseling bisa membantu untuk memproses kegelisahan kamu yang berhubungan dengan pekerjaan dan karier. Jadwalkan konseling dengan Selalu Ada Harapan melalui link ini atau hubungi kami untuk sekedar bertanya lebih lanjut.
Referensi
Gallup. (2022).
Time. (2022).
The Times. (2022).
BetterUp. (2023).
Robert Walters. (2023).
Investopedia. (2023).